Sepakbola Indonesia memang cukup akrab dengan yang namanya kerusuhan. Simak saja pada setiap musim penyelenggaraan kompetisi sepakbola Indonesia, bisa dibilang pasti setidaknya ada satu kerusuhan yang terjadi. Bahkan bukan hanya sekedar kerusuhan biasa, terkadang insiden ricuh ini berakhir tragis hingga memakan korban jiwa. Selamat datang di channelterbaik.com dan kali ini kita akan membahas tentang 7 Kerusuhan Terparah Sepak Bola Indonesia.
AREMA VS PERSIB
Kerusuhan antar supporter Arema dan Persib ini bermula ketika terjadinya penganiayaan terhadap supporter Persib Bandung di luar Stadion Kanjuruhan sebelum pertandingan dimulai. Lalu kerusan terjadi lagi saat oknum Aremania menyerbu masuk ke lapangan karena kecewa Arema tidak memberikan kemenangan. Kerusuhan ini berlangsung sangat ricuh, para petugas keamanan juga dibuat kebingungan. karena merasa tidak sanggup menangani para supporter, akhirnya para tentara dan polisi yang berjaga meledakkan bebarapa gas air mata. Akibat kerusuhan ini beberapa orang harus dievakuasi karena mengalami luka-luka dan pingsan. Bahkan kabarnya kejadian ini memakan 1 korban bernama Diman, yang meninggal akibat terlalu banyak menghirup gas air mata.
PSIR VS PERSIS SOLO
Kerusuhan ini terjadi tahun lalu pada 16 juli 2017 dalam laga lanjutan Liga 2 antara PSIR Rembang melawan PERSIS Solo. Kala itu, sejumlah suporter PERSIS berteriak memprotes keputusan wasit yang mensahkan gol pemain PSIR yang mereka anggap offside. Mereka terlihat melemparkan botol minuman kemasan ke arah pemain PSIR yang tengah melakukan selebrasi. Selain itu, para suporter PSIR juga menjadi sasaran. Merasa tak terima, para suporter PSIR yang jumlahnya lebih banyak ketimbang tim lawan membalas lemparan tersebut ke arah suporter PERSIS. Tak hanya itu, mereka juga terlihat menyerbu masuk ke lapangan. Beruntung tak ada yang mengalami luka serius dari kejadian ini. sementara laga ini sendiri terpaksa harus dihentikan karena keadaan yang sudah tidak memungkinkan.
PSIR VS PRO DUTA
Kerusuhan antara PSIR Rembang dengan Pro Duta ini terjadi pada 27 Juni 2017 dalam gelaran Indonesian Premier League di Stadion Krida, Rembang, terjadi ketika wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Kala itu, sejumlah pemain Pro Duta memprotes wasit dan hakim garis karena merasa dirugikan. Beberapa panitia pelaksana pertandingan dan penonton yang tersulut emosinya seketika langsung memasuki lapangan dan melakukan baku hantam. Kerusuhan itu berlangsung selama sekitar lima menit sampai akhirnya berhasil dihentikan oleh pihak kepolisian. Skor akhir saat itu adalah 1-0 untuk keunggulan PSIR.
BONEK VS polisi
Perkelahian yang satu ini terbilang cukup nekad, pasalnya perkelahian ini bukan terjadi antar supporter ataupun pemain, melainkan antar supporter dan oknum polisi. Hal ini bermula ketika petugas polisi yang bertugas melakukan penjagaan pada pertandingan Persebaya melawan Persija (IPL) pada 3 Juni 2012, bertindak berlebihan kepada para penonton. Tembakan gas air mata yang dilemparkan oleh polisi juga memicu kerusuhan dan menyebabkan satu suporter tewas(1:12). Bukan hanya di dalam arena lapangan, bentrokan ini juga terjadi di luar stadion. Para suppoter Bonek melakukan penyerangan terhadap satu mobil polisi hingga membuatnya hancur. Hingga saat ini, kerusuhan tersebut dikenal dengan “tragedi tembak sari”.
PERSIS SOLO VS MARTAPUTA FC
Kerusuhan suporter lagi-lagi terjadi pada pertandingan bola. Kali ini perkelahian berlangsung antara Persis Solo vs Martapura FC di Stadion Manahan Solo, pada Rabu (22/10/2014). Di pertandingan delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia tersebut, para supporter saling menyerang satu sama lain hingga memasuki arena lapangan sepak bola. Awalnya, kerusuhan tersebut dipancing akibat ketidaktegasan wasit Ahmadi Jafri selama pertandingan. Bukan hanya di stadion, kericuhan juga terjadi diluar lpangan, dimana para supporter lawan menghancurkan bus dan kendaraan pada supporter lain. Akibat kejadian ini, seorang suporter bernama Joko Riyanto harus tewas karena ditusuk benda tajam. Pihak polsisi mengatakan, berdasarkan hasil autopsi sementara dari Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Semarang, luka di dada korban bisa jadi akibat keris, pisau, atau obeng.
BORNEO FC VS PSM MAKASSAR
Kerusuhan lagi-lagi terjadi di Laga Borneo FC vs PSM Makassar pada 8 oktober 2017 lalu di Stadion Segiri. Kerusuhan kali ini disebabkan oleh suporter yang tak terima dengan keputusan wasit yang tampak merugikan pihak PSM. Akibatnya hal itu minumbulkan adu mulut antar pemain dan wasit. Karena kerusuhan ini, Kapten PSM Makassar Hamka Hamzah dan CEO PT PSM Munafri Arifuddin harus turun tangan langsung untuk menenangkan suporter psm yang marah terhadap kinerja wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Untungnya atas insiden ini tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja menyebabkan kerugian yang cukup banyak, Kursi-kursi Stadion di Tribun VIP yang ditempati oleh suporter tamu berceceran. Menurut Borneo, kerugian yang dialami mencapai ratusan juta rupiah.
PERSITA VS PSMS MEDAN
Kericuhan yang terakhir terjadi antara suporter Persita vs PSMS Medan pada 11 oktober 2017 di Stadion Mini Persikabo, Kabupaten Bogor. Insiden ini terjadi sesaat setelah laga usai, pendukung Persita yang berada Tribun Selatan langsung turun ke lapangan untuk menghampiri bench pemain Persita. Beberapa oknum pendukung PSMS yang kebanyakan para anggota TNI juga ikut turun ke lapangan untuk menghampiri pendukung Persita. Mereka berdemo karena merasa tidak terima dengan hasil pertandingan yang dianggap tidak memuaskan. Naasnya, ada salah seorang suporter Persita bernama Banu Rusman, yang akhirnya meninggal dunia dalam kerusuhan tersebut.
Demikianlah liputan tentang 7 Kerusuhan Terparah Sepak Bola Indonesia.
Bagaimana menurut anda? silahkan tinggalkan komentar di bawah.
Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa lagi.
Kerusuhan antar supporter Arema dan Persib ini bermula ketika terjadinya penganiayaan terhadap supporter Persib Bandung di luar Stadion Kanjuruhan sebelum pertandingan dimulai. Lalu kerusan terjadi lagi saat oknum Aremania menyerbu masuk ke lapangan karena kecewa Arema tidak memberikan kemenangan. Kerusuhan ini berlangsung sangat ricuh, para petugas keamanan juga dibuat kebingungan. karena merasa tidak sanggup menangani para supporter, akhirnya para tentara dan polisi yang berjaga meledakkan bebarapa gas air mata. Akibat kerusuhan ini beberapa orang harus dievakuasi karena mengalami luka-luka dan pingsan. Bahkan kabarnya kejadian ini memakan 1 korban bernama Diman, yang meninggal akibat terlalu banyak menghirup gas air mata.
PSIR VS PERSIS SOLO
Kerusuhan ini terjadi tahun lalu pada 16 juli 2017 dalam laga lanjutan Liga 2 antara PSIR Rembang melawan PERSIS Solo. Kala itu, sejumlah suporter PERSIS berteriak memprotes keputusan wasit yang mensahkan gol pemain PSIR yang mereka anggap offside. Mereka terlihat melemparkan botol minuman kemasan ke arah pemain PSIR yang tengah melakukan selebrasi. Selain itu, para suporter PSIR juga menjadi sasaran. Merasa tak terima, para suporter PSIR yang jumlahnya lebih banyak ketimbang tim lawan membalas lemparan tersebut ke arah suporter PERSIS. Tak hanya itu, mereka juga terlihat menyerbu masuk ke lapangan. Beruntung tak ada yang mengalami luka serius dari kejadian ini. sementara laga ini sendiri terpaksa harus dihentikan karena keadaan yang sudah tidak memungkinkan.
PSIR VS PRO DUTA
Kerusuhan antara PSIR Rembang dengan Pro Duta ini terjadi pada 27 Juni 2017 dalam gelaran Indonesian Premier League di Stadion Krida, Rembang, terjadi ketika wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Kala itu, sejumlah pemain Pro Duta memprotes wasit dan hakim garis karena merasa dirugikan. Beberapa panitia pelaksana pertandingan dan penonton yang tersulut emosinya seketika langsung memasuki lapangan dan melakukan baku hantam. Kerusuhan itu berlangsung selama sekitar lima menit sampai akhirnya berhasil dihentikan oleh pihak kepolisian. Skor akhir saat itu adalah 1-0 untuk keunggulan PSIR.
BONEK VS polisi
Perkelahian yang satu ini terbilang cukup nekad, pasalnya perkelahian ini bukan terjadi antar supporter ataupun pemain, melainkan antar supporter dan oknum polisi. Hal ini bermula ketika petugas polisi yang bertugas melakukan penjagaan pada pertandingan Persebaya melawan Persija (IPL) pada 3 Juni 2012, bertindak berlebihan kepada para penonton. Tembakan gas air mata yang dilemparkan oleh polisi juga memicu kerusuhan dan menyebabkan satu suporter tewas(1:12). Bukan hanya di dalam arena lapangan, bentrokan ini juga terjadi di luar stadion. Para suppoter Bonek melakukan penyerangan terhadap satu mobil polisi hingga membuatnya hancur. Hingga saat ini, kerusuhan tersebut dikenal dengan “tragedi tembak sari”.
PERSIS SOLO VS MARTAPUTA FC
Kerusuhan suporter lagi-lagi terjadi pada pertandingan bola. Kali ini perkelahian berlangsung antara Persis Solo vs Martapura FC di Stadion Manahan Solo, pada Rabu (22/10/2014). Di pertandingan delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia tersebut, para supporter saling menyerang satu sama lain hingga memasuki arena lapangan sepak bola. Awalnya, kerusuhan tersebut dipancing akibat ketidaktegasan wasit Ahmadi Jafri selama pertandingan. Bukan hanya di stadion, kericuhan juga terjadi diluar lpangan, dimana para supporter lawan menghancurkan bus dan kendaraan pada supporter lain. Akibat kejadian ini, seorang suporter bernama Joko Riyanto harus tewas karena ditusuk benda tajam. Pihak polsisi mengatakan, berdasarkan hasil autopsi sementara dari Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Semarang, luka di dada korban bisa jadi akibat keris, pisau, atau obeng.
BORNEO FC VS PSM MAKASSAR
Kerusuhan lagi-lagi terjadi di Laga Borneo FC vs PSM Makassar pada 8 oktober 2017 lalu di Stadion Segiri. Kerusuhan kali ini disebabkan oleh suporter yang tak terima dengan keputusan wasit yang tampak merugikan pihak PSM. Akibatnya hal itu minumbulkan adu mulut antar pemain dan wasit. Karena kerusuhan ini, Kapten PSM Makassar Hamka Hamzah dan CEO PT PSM Munafri Arifuddin harus turun tangan langsung untuk menenangkan suporter psm yang marah terhadap kinerja wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Untungnya atas insiden ini tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja menyebabkan kerugian yang cukup banyak, Kursi-kursi Stadion di Tribun VIP yang ditempati oleh suporter tamu berceceran. Menurut Borneo, kerugian yang dialami mencapai ratusan juta rupiah.
PERSITA VS PSMS MEDAN
Kericuhan yang terakhir terjadi antara suporter Persita vs PSMS Medan pada 11 oktober 2017 di Stadion Mini Persikabo, Kabupaten Bogor. Insiden ini terjadi sesaat setelah laga usai, pendukung Persita yang berada Tribun Selatan langsung turun ke lapangan untuk menghampiri bench pemain Persita. Beberapa oknum pendukung PSMS yang kebanyakan para anggota TNI juga ikut turun ke lapangan untuk menghampiri pendukung Persita. Mereka berdemo karena merasa tidak terima dengan hasil pertandingan yang dianggap tidak memuaskan. Naasnya, ada salah seorang suporter Persita bernama Banu Rusman, yang akhirnya meninggal dunia dalam kerusuhan tersebut.
Demikianlah liputan tentang 7 Kerusuhan Terparah Sepak Bola Indonesia.
Bagaimana menurut anda? silahkan tinggalkan komentar di bawah.
Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa lagi.
No comments
Post a Comment